BERCOCOK TANAM SAYURAN DENGAN HIDROPONIK


I.                   PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang

Permintaan akan komoditas hortikultura terutama sayuran terus meningkat seiring dengan meningkatnya kesejahteraan dan jumlah penduduk. Sebagaimana kita tau bahwa sayuran mempunyai peranan penting sebagai bahan pangan karena kandungan vitamin dan mineralnya yang berguna untuk melancarkan fungsi biologis manusia. Sayuran merupakan komoditi yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari dengan permintan pasar yang terus meningkat, kebanyakan tanaman sayuran mempunyai nilai komersial yang cukup tinggi.
Untuk mencapai kondisi masyarakat yang hidup sehat dan sejahtera di masa yang akan datang, dan dalam rangka meningkatkan swasembada pangan dan seruan ketahanan pangan terutama bagi masyarakat yang tidak memiliki lahan yang luas, maka hidroponik merupakan pilihan yang tepat. Sistem budidaya secara hidroponik merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam rangka peningkatan hasil dan kualitas sayuran karena dengan sistem budidaya ini tanaman dapat dipelihara dalam jumlah banyak pada ruang terbatas dengan menggunakan pot atau wadah penanaman dan menghemat ruang serta sangat cocok untuk lahan sempit seperti dipekarangan rumah. Teknik pertanian modern seperti hidroponik sudah menjadi satu kebutuhan yang sangat mendesak menyusul semakin menurunnya kesuburan tanah dan semakin sempitnya lahan pertanian.
Hidroponik merupakan solusi di bidang pertanian dengan menggunakan teknologi sederhana untuk memudahkan masyarakat dalam bercocok tanam. Hidroponik mampu menghasilkan produksi tanaman yang lebih terjamin kebebasannya dari hama penyakit yang berasal dari tanah, dapat dijadikan profesi baru sebagai mata pencaharian bagi petani dan masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan, meningkatkan pemenuhan sumber gizi keluarga dan masyarakat, dan apabila diusahakan dalam skala besar dapat meningkatkan ekspor produksi hortikultura segar dan berkualitas tinggi sehingga dapat menambah devisa negara(Tallei et al. 2017a).
Budidaya hidroponik juga efektif bila dilakukan diperkotaan, sebab masalah yang sering terjadi ialah kurangnya lahan dan terbatasnya air sehingga dengan hidroponik ini akan sangat mudah diterapkan. Budidaya hidroponik tidak hanya untuk dikonsumsi sendiri, tetapi juga bisa dijual secara komersil sehingga meningkatkan pendapatan rumah tangga(Satya, 2017).
Keunggulan hidroponik dibandingkan dengan bercocok tanam menggunakan tanah antara lain pemeliharaan dan budidaya tanaman hidroponik lebih mudah karena tempatnya relatif bersih, media tanaman yang digunakan bersih dari kotoran dan tanaman terlindung dari terpaan hujan, serangan hama penyakit relatif kecil, tanaman lebih sehat, vigor, produktivitasnya tinggi, mutu hasil tanaman berkualitas tinggi dan tahan lama serta harga jualnya tinggi(Tallei et al. 2017b).

II.                BUDIDAYA TANAMAN SAYURAN DENGAN SISTEM HIDROPONIK


Salah satu cara untuk menghasilkan produk sayuran yang berkualitas tinggi secara kontinyu  dengan kuantitas yang tinggi per tanamannya adalah budidaya dengan sistem hidroponik. Pengembangan hidroponik di indonesia cukup prospektif mengingat beberapa hal sebagai berikut, yaitu permintaan pasar sayuran berkualitas yang terus meningkat, kondisi lingkungan/ iklim yang tidak menunjang,  kompetisi penggunaan lahan, dan adanya masalah degradasi tanah(Rosliani dan sumarni, 2005a).
Sayuran hidroponik telah banyak dikembangkan di indonesia. Budidaya secara hidroponik memiliki beberapa keuntungan antara lain tidak membutuhkan lahan luas, bisa diusahakan sepanjang tahun, menambah pendapatan rumah tangga, dan membantu menciptakan lingkungan (udara) bersih dan sehat di sekitar rumah. Selain itu, budidaya sayuran secara hidroponik dapat digunakan untuk budidaya tanaman hortikultur di luar musim. Usaha pemenuhan bahan pangan tersebut semakin banyak mendapatkan halangan, di antaranya fenomena perubahan iklim global, penurunan luasan dan produktivitas lahan, serta semakin banyaknya kasus serangan hama dan penyakit tanaman yang menyebabkan terjadinya penurunan hasil panen(Tallei, 2017c).
Hidroponik diambil dari bahasa yunani yaitu hydro yang artinya air dan ponos yang artinya daya. Hidroponik juga dikenal dengan sebutan soilless culture yang artinya budidaya tanaman tanpa tanah. Jadi tanaman hidroponik adalah tanaman yang ditanam dengan pemanfaatan air dan tanpa penggunaan tanah sebagai media tanam. Pengertian tanaman hidroponik secara umum yaitu tanaman yang ditanam dengan memanfaatkan air tanpa menggunakan media tanah tetapi menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi tanaman untuk bisa tumbuh.  Jadi tanaman hidroponik tidak ditanam di media tanah melainkan media lain seperti bata merah, rockwool, kerikil, arang sekam dan sebagainya. Walaupun memanfaatkan air, tetapi air yang dibutuhkan hanya dalam jumlah kecil. Hal paling penting untuk tanaman hidroponik adalah pemenuhan nutrisi tanaman yang berbentuk larutan. Jadi, cara penanaman hidroponik sangat cocok untuk tempat yang pasokan airnya kurang(Tallei et al. 2017d).
Kultur hidroponik adalah metode penanaman tanaman tanpa menggunakan media tumbuh dari tanah.  Secara harafiah hidroponik berarti penanaman dalam air yang mengandung campuran hara. Dalam praktek sekarang ini, hidroponik tidak terlepas dari penggunaan media tumbuh lain yang bukan tanah sebagai penopang pertumbuhan tanaman(Rosliani dan Sumarni, 2005b)
Sistem hidroponik merupakan cara produksi tanaman yang sangat efektif.  Sistem ini dikembangkan berdasarkan alasan bahwa jika tanaman diberi kondisi pertumbuhan yang optimal, maka potensi maksimum untuk berproduksi dapat tercapai.  Hal ini berhubungan dengan pertumbuhan sistem perakaran tanaman, di mana pertumbuhan perakaran tanaman yang optimum akan menghasilkan pertumbuhan tunas atau bagian atas yang sangat tinggi. Pada sistem hidroponik, larutan nutrisi yang diberikan mengandung komposisi garam-garam organik yang berimbang untuk menumbuhkan perakaran dengan kondisi lingkungan perakaran yang ideal(Rosliani dan Sumarni, 2005c).
Terdapat beberapa tipe sistem hidroponik yaitu drip system (sistem tetes), ebb and flow (flood and drain), nft (nutrient film technique), deep water culture, aeroponic, dan wick system (sistem sumbu). Selain itu, sistem hidroponik bisa juga merupakan kombinasi dari satu atau lebih dari sistem-sistem tersebut(Tallei et al. 2017e).
Sistem sumbu merupakan metode hidroponik yang paling sederhana. Sistem ini bisa menggunakan bahan-bahan daur ulang seperti botol atau gelas bekas minuman kemasan sebagai wadah untuk nutrisi. Tanaman mendapatkan nutrisi yang diserap melalui sumbu atau kain flanel. Sistemnya seperti kompor minyak tanah(Tallei et al. 2017f).
Pemberian nutrisi hidroponik yang tepat akan memberikan hasil yang optimal bagi pertumbuhan tanaman sayuran. Selain itu pertumbuhan tanaman sayuran tidak lepas dari lingkungan tumbuh terutama faktor media tanam dan nutrisi yang secara langsung akan mempengaruhi hasil tanaman(Akasiska, 2014).

III.             PENGAPLIKASIAN HIDROPONIK


3.1. Cara Budidaya Hidroponik Sayuran

3.1.1.      Bahan dan alat yang digunakan

Bahan-bahan yang dibutuhkan, yaitu benih tanaman sayuran (misalnya pakcoy, kangkung, bayam, dan selada), netpot (wadah untuk tanaman), rockwool (media tanam yang bersifat menyerap dan menyimpan air), sumbu (digunakan pada sistem wick) dan nutrisi.

3.1.2.      Penyemaian

Media tanam rockwool dipotong kecil, diletakkan di atas wadah dan dibasahi dengan air secukupnya. Pada rockwool dibuat lubang dengan menggunakan tusuk gigi untuk tempat bibit. Bibit tanaman dimasukkan ke dalam lubang dan wadah disimpan di dalam tempat gelap. Untuk  tanaman yang menjulang tinggi seperti bayam dan kangkung, rockwool bisa diisi 2-3 benih, tetapi untuk yang tumbuh kesamping seperti pakcoy dan selada cukup 1 benih saja.

Kelembaban rockwool harus diperiksa secara berkala. Apabila kering, maka perlu ditambahkan air. Setelah 1-4 hari, bibit akan pecah yang ditandai dengan warna putih. Lamanya pecah tergantung dari jenis tanaman. Jika benih tanaman sudah pecah, maka wadah ditempatkan di daerah yang terkena sinar matahari minimal 6 jam sehari. Setelah berdaun empat, tanaman dipindahkan ke instalasi hidroponik yang telah diberi nutrisi cair.

3.1.3.      Unsur Hara/Nutrisi

Tanaman membutuhkan 16 unsur hara/nutrisi untuk pertumbuhan yang berasal dari udara, air dan pupuk.  Unsur-unsur tersebut adalah karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), sulfur (S), kalsium (Ca), besi (Fe), magnesium (Mg), boron (B), mangan (Mn), tembaga (Cu), seng (Zn), molibdenum (Mo) dan khlorin (Cl). Unsur-unsur C, H dan O biasanya disuplai dari udara dan air dalam jumlah yang cukup.  Unsur hara lainnya didapatkan melalui pemupukan atau larutan nutrisi.
Unsur hara yang dibutuhkan tanaman dapat dibagi atas dua kelompok yaitu hara makro dan mikro. Hara makro adalah hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar sedangkan hara mikro dibutuhkan dalam jumlah kecil.  Nutrien yang tergolong kedalam hara makro adalah carbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, posfor, kalium, calsium, ferrum. Sedangkan yang termasuk golongan hara mikro adalah boron, mangan, molibdenum, zinkum (seng) cuprum (tembaga) dan klor.   Jika tanaman kekurangan dari salah satu unsur tersebut diatas maka tanaman akan mengalami gejala defisiensi yang berakibat pada penghambatan pertumbuhan(Hanum, 2008).

Nama unsur
Sumber garam
Kandungan
Nitrogen
Kalsium nitrat
15,5% N (1% NH4 - N)

Kalium nitrat
13% N

Amonium nitrat
21% P
Fosfor
Monokalium fosfat
37% K
Kalium
Kalium nitrat
25% K

Kalium fosfat
40% K
Magnesium
Magnesium sulfat
10% Mg
Kalsium
Kalsium nitrat
20% Ca

Kalsium klorida
36% Ca
Sulfur
Magnesium sulfat
13% S

Magnesium sulfat
18% S
Besi
Fe-EDTA
6-14% Fe

Fe-EPTA
-
Mangan
Mangan sulfat
24% Mn
Boron
Asam borat
18% B

Sodium borat (borax)
11-14% B
Seng
Zinc sulfat
23% Zn

Zinc EDTA
*%
Tembaga
Copper sulfat
25% Cu

Copper EDTA
*%
Molibdenum
Amonium molibdat
48% Mo

Sodium molibdat
39% Mo
Keterangan : *% = seperti pada Fe-EDTA sangat bervariasi
Tabel1. Jenis garam yang direkomendasikan  untuk pembuatan larutan nutrisi hidroponik(Rosliani dan Sumarni, 2005)

3.2.Kelebihan dan Kekurangan Hidroponik

Kelebihan menggunakan sistem hidroponik antara lain:
1.      penggunaan lahan lebih efisien
2.      tanaman berproduksi tanpa menggunakan tanah
3.      tidak ada resiko untuk penanaman terus menerus  sepanjang tahun
4.      kuantitas dan kualitas produksi lebih tinggi dan lebih bersih
5.      penggunaan pupuk dan air lebih efisien
6.      periode tanam lebih pendek, dan
7.      pengendalian hama dan penyakit lebih mudah.
Untuk kekurangannya yaitu, sebagai berikut:
1.      budidaya dengan hidroponik membutuhkan modal yang besar.
2.      pada close system (nutrisi disirkulasi), jika ada tanaman yang terserang patogen maka dalam waktu yang sangat singkat seluruh tanaman akan  terkena serangan tersebut.
3.      pada kultur substrat, kapasitas memegang air media substrat lebih kecil daripada media tanah; sedangkan pada kultur air volume air dan jumlah nutrisi sangat terbatas sehingga akan menyebabkan  pelayuan tanaman yang cepat dan stres yang serius.



IV.             KESIMPULAN


Budidaya hidroponik yang sederhana yaitu dengan menggunakan jenis wick system (sistem sumbu), selain pembuatannya yang mudah juga alat yang digunakan mudah dicari seperti sumbu dan botol bekas. Hal-hal yang perlu dilakukan yaitu dengan menyiapkan alat dan bahan, kemudian penyemaian benih sampai dengan pemindahan ke instalasi hidroponik dan pemberian nutrisi pada tanaman yang sesuai.
Kelebihan budidaya sayuran dengan hidroponik antara lain penggunaan lahan lebih efisien, tanaman berproduksi tanpa menggunakan tanah, tidak ada resiko untuk penanaman terus menerus  sepanjang tahun, kuantitas dan kualitas produksi lebih tinggi dan lebih bersih, penggunaan pupuk dan air lebih efisien, periode tanam lebih pendek, dan pengendalian hama penyakit lebih mudah. Budidaya hidroponik juga memiliki kekurangan seperti membutuhkan modal yang besar, pada close system (nutrisi disirkulasi) jika ada tanaman yang terserang patogen maka dalam waktu yang sangat singkat seluruh tanaman akan  terkena serangan tersebut, pada kultur substrat kapasitas memegang air media substrat lebih kecil daripada media tanah, sedangkan pada kultur air volume air dan jumlah nutrisi sangat terbatas sehingga akan menyebabkan  pelayuan tanaman yang cepat dan stres yang serius.




DAFTAR PUSTAKA


Akasiska, Romana., Samekto Riyo., dan Siswasi. 2014. Pengaruh Konsentrasi Nutrisi Dan Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Sawi Pakcoy (Brassica Parachinensis) Sistem Hidroponik Vertikultur. Innofarm 13(2): 55-56.
Hanum, Chairani., 2008. Teknik Budidaya Tanaman Jilid 1. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. Hal. 20.  
Rosliani, Rini., Sumarni, Nani. 2005a. Budidaya Tanaman Sayuran dengan Sistem Hidroponik. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung. Hal. 1.
Rosliani, Rini., Sumarni, Nani. 2005b. Budidaya Tanaman Sayuran dengan Sistem Hidroponik. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung. Hal. 2.
Rosliani, Rini., Sumarni, Nani. 2005c. Budidaya Tanaman Sayuran dengan Sistem Hidroponik. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung. Hal. 2-3.
Satya, Mutia Tri. 2017. Manajemen Usaha Budidaya Hidroponik. Jurnal Dharma Bhakti Ekuitas 01(02): 57.
Tallei, Trina E., Rumengan, Inneke F.M., Adam, Ahmad A. 2017a. Hidroponik untuk Pemula. LPPM UNSRAT. Manado. Hal. 1.
Tallei, Trina E., Rumengan, Inneke F.M., Adam, Ahmad A. 2017b. Hidroponik untuk Pemula. LPPM UNSRAT. Manado. Hal. 2.
Tallei, Trina E., Rumengan, Inneke F.M., Adam, Ahmad A. 2017c. Hidroponik untuk Pemula. LPPM UNSRAT. Manado. Hal. 2-3.
Tallei, Trina E., Rumengan, Inneke F.M., Adam, Ahmad A. 2017d. Hidroponik untuk Pemula. LPPM UNSRAT. Manado. Hal. 3-4.
Tallei, Trina E., Rumengan, Inneke F.M., Adam, Ahmad A. 2017e. Hidroponik untuk Pemula. LPPM UNSRAT. Manado. Hal. 5.
Tallei, Trina E., Rumengan, Inneke F.M., Adam, Ahmad A. 2017f. Hidroponik untuk Pemula. LPPM UNSRAT. Manado. Hal. 11. 








 OLEH: SINDY MERLIANA (J1B117031)

Komentar

Postingan Populer